berita69.org, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak umat untuk menjadikan Natal sebagai momentum mengukuhkan nilai-nilai persatuan dan toleransi dalam keberagaman bangsa.
Hal tersebut diungkapkan Menag pada Perayaan Natal Nasional 2024 yang digelar di Indonesia Arena, GBK, Jakarta, Sabtu (28/12/2024).
"Natal tahun ini bukan sekadar perayaan spiritual.
Indonesia adalah rumah besar bagi berbagai suku, agama, dan budaya, yang menjadi kekayaan luar biasa.
Natal menjadi pengingat bahwa kedamaian dan kasih Kristus tidak mengenal batasan perbedaan," ucapnya.
Baca Juga
- 467 Ribu Lebih Kendaraan Kembali ke Jabotabek di Momen Libur Natal 2024
- 6 Potret Artis Bareng Pacar di Momen Natal 2024, Lyodra – Randy Martin Makin Lengket
- Momen Ketua Umum Bhayangkari Rayakan Natal Bersama Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi
Menag pun berharap, sukacita Natal dapat mengukuhkan persahabatan sejati di antara umat.
Advertisement
"Karena persatuan dalam keberagaman tersebut menjadi fondasi hidup kita hingga sekarang dan berbagai momentum sukacita seperti natal niscaya dapat menghantar kita pada ikatan persaudaraan sejati antar manusia," ucap Menag.
Menag merasa bahwa setiap agama di negeri ini sanggup membangun kehidupan bersama yang rukun dan damai.
Setiap umat beragama, apa pun agamanya telah memperlihatkan kehidupan yang rukun damai.
"Kunci kehidupan rukun damai dan tenggang rasa di negeri ini ialah moderasi beragama, suatu sikap kedewasaan cara beragama," tukas Menag.
Tema natal tahun ini, "marilah sekarang kita pergi ke Betlehem" (lukas 2:15): Betlehem, kota kecil yang menjadi tempat kelahiran Yesus, melambangkan damai dan harapan baru.
Menag mengapresasi tema Natal Nasional 2024 ini yang digagas oleh Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI) ini.
Menurut Menag, tema ini membawa pesan tentang kesetiaan dan kesediaan dalam mengikuti panggilan Tuhan.
"Tema ini sejalan dengan semangat Kementerian Agama untuk mendorong umat mengamalkan ajaran agamanya," ujarnya.
"Sebab semakin lekat umat dengan ajaran agamanya maka dunia akan semakin damai dan rukun.
Sebaliknya semakin berjarak antara umat dan ajaran agamanya, banyak resiko kerusakan baik manusia dan alam raya yang akan terjadi," lanjut Menag.